Rabu, 19 Maret 2008

Maulid Nabi, Antara Mencari Identitas Muslim dan Ritual Tanpa Arti


Maulid Nabi Muhammad SAW yang terkadang disebut Maulid Nabi atau Maulud saja (bahasa Arab: مولد، مولد النبي‎), adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW. Peringatan ini dirayakan pada setiap tanggal 12 Rabbiulawal tahun Hijiriyah. Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Secara subtansi, peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Rasulullah Muhammad SAW. Untuk melihat sejarah lengkap maulid nabi dapat dilihat di link wiki ini.

Di kalangan ummat Islam, peringatan Maulid Nabi ini masih memliki perbedaan pendapat, sebagian kalangan menganggap peringatan ini sebagai sesuatu yang bersifat Bid'ah. Sedangkan golongan lain berpendapat bahwa peringatan maulid nabi merupakan inovasi yang baik dan tidak bertentangan dengan syariah.

Terlepas dari kedua pertentangan itu, pelaksanaan maulid Nabi dapat memberikan manfaat kehidupan beragama kaum muslimin secara filosofis, yakni bahwa peringatan maulid Nabi dapat menumbuhkan rasa cinta kepada Rasulullah yang kemudian ditunjukkan dengan mengikuti segala sunahnya dan menumbuhkan kesadaran akan beragama menuju kesempurnaan takwa. 

Secara sosiologis, maka peringatan maulid Nabi menjadi tuntutan religius yang penting, dengan asumsi bahwa kehidupan manusia di abad ini, dengan kecenderungan bergaya hidup konsumeristikhidonistik, dan materialistik, yang punya andil cukup besar terhadap penurunan tingkat kesadaran seseorang. Sehingga maulid nabi adalah salah satu wadah bagi kaum muslim untuk melakukan reka ulang terhadap budaya yang selama ini telah dianutnya.

Kondisi Muslim Saat Ini

Untuk menggambarkan keadaan umat islam akhir-akhir ini, barangkali dapat diawali dengan uraian sebuah hadist yakni :
--------------
“Pada mulanya Islam itu asing dan akan kembali asing dan akan kembali asing, maka berbahagianlah bagi orang-orang asing, yakni mereka yang telah menghidupkan sunah Nabi, setelah dirusak orang. Orang yang berpegang teguh dengan sunahku ketika terjadi wabah dekadensi moral, pahalanya sama dengan pahala seratus orang yang mati syahid.” (HR. Ibnu Abbas)
----------------

Islam pada jamanya pernah menjadi umat yang paling mengagumkan, segala macam sendi hidup dikuasai dengan maksimal oleh kalangan umat islam, namun hal secara perlahan mulai terkikis dan menjadi umat islam sebagai bagian yang kurang diperhitungkan, oleh karena keterpurukan yang terjadi internal islam itu sendiri. Maka kemudian muncul pemikiran-pemikiran untuk melakukan loncatan bersejarah dari keadaan terpuruk menjadi ummat yang kuat. Hal ini terlihat dengan lahirnya pemikir-pemikir islam yang jenius dan modernis.

Lemahnya kondisi ummat islam saat ini diyakini karena ketiadaan suri tauladan yang dipahami secara mendalam oleh ummat islam itu sendiri. Islam memiliki begitu banyak figur yang bisa menjadi contoh, islam begitu banyak memiliki keahlian dan keunggulan di banding ummat lain, tapi kadang figur dan kelebihan itu hanya dijadikan sebagai bumbu untuk memberikan kesenangan belakan. Maka tidak jarang kemudian muncul ungkapan "dulu kami pernah, dulu kami adalah yang paling, dan seterusnya..." tapi esensi dari kelebihan itu tidak dipahami secara purna oleh kita sebagai ummat islam.

Alhasil, maka kemudian lahirlah ummat yang mengagungkan masa lalu, dan lupa bahwa ia sendiri sudah tidak sama dengan masa keeamasan itu dan terlena oleh buai keberhasilan sehingga ia lupa untuk membekali diri sendiri.

Oleh karena itu, upaya untuk melihat secara lebih gamblang, figur panutan yang dalam hal ini adalah Nabi Muhammad SAW harus dihadapi sebagai bagian dari usaha memperbaiki kondisi ummat. Maulid Nabi adalah contoh ternyata untuk itu.

Pekan Maulid Nabi

Pekan Maulid Nabi yang diadakan tahun ini oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Agama Islam, haruslah bercermin pada semangat untuk memperbaiki kondisi ummat itu. Untuk mengetahui hal itu maka dapat diuji dengan memberikan pertanyaan, "Apakah Pekan Maulid Nabi kali ini adalah ritual biasa atau dengan tujuan yang lebih real yakni mengaktualkan figur Nabi Muhammad agar dapat dijadikan suri tauladan yang pertama dan utama".

Pada umumnya,umat muslim di Indonesia menyambut Maulid Nabi dengan mengadakan perayaan-perayaan keagamaan seperti pembacaan shalawat nabi, pembacaan syair Barzanji dan pengajian. Nah, apakah Pekan Maulid Nabi yang diadakan sekarang ini mengikuti cara yang serupa atau memberikan nilai lebih sehingga terhindar dari sifat ritus belaka. Artinya, pekan Maulid Nabi hanyalah bagian terintegrasi sebuah usaha besar memperbaiki akhlah ummat dan membumikan akhlak Rasulullah agar dapat dicontoh.

Jika kemudian, usaha untuk menjadikan figur nabi Muhammad sebagai suri tauladan hanya berhenti pada batasan waktu--yang dalam hal ini adalah satu pekan saja--maka peringatan kali adalah tidak lebih dari sekedar ritual mengisi waktu luang saja. Namun jika kemudian Pekan Maulid Nabi adalah bagian, atau tonggak awal untuk mengenal Rasulluah secara hakiki, maka ini adalah langkah awal yang baik dalam memperbaiki akhlah ummat.

Kita, kaum muda muslim sudah begitu melenceng jauh dari tutur akhlak yang pernah diperagakan oleh Rasulullah. Kaum muda begitu terjebak pada pencarian diri yang tidak pernah selesai, sehingga mengkultuskan figur yang salah. Sosok seorang aktor yang lebih sering munncul di layar kaca kadang lebih akrab dan digandrungi oleh kaum muda muslim jaman ini. Bukankah ini merupakan sesuatu yang salah? Mengkultuskan atau memfigurkan sosok yang secara nyata berprilaku tidak islami. Dan bukankah merupakan hal yang memalukan ketika kita sebagai ummat nabi Muhammad cenderung lebih mengenal sosok yang tidak pas dengan ajaran islam dibanding suri tauladan utama?

Barangkali mungkin memang benar, untuk menyentuh kaum muda, maka gaya penyampaian juga harus sesuai dengan jiwa anak muda, namun tetap esensi dari ajaran nabi Muhammad menjadi prioritas utama. Boleh-boleh saja, dalam penyampaian digunakan bahasa yang 'junkis', namun inti dari ajaran syariah tetap tidak akan dinomorduakan.

Kesimpulan

Jika melihat kondisi ummat secara umum, maka kita perlu khawatir, bahwa ternyata kita sudah terlalu jauh meninggalkan sosok yang patut dan seharusnya menjadi idola. Tertutup oleh gemerlap media yang kadang memberikan kesesatan baik sengata maupun tidak, dan kita secara sadar atau tidak secara perlahan menginjak-injak ajaran kemuliaan yang diberikan oleh Junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW.

Untuk itu, Pekan Maulid Nabi adalah sebuah harapan besar, untuk menggeser pemahaman kita tentang kesadaran ummat yang meluntur akibat arus perubahan. Pekan Maulid Nabi dapat dijadikan langkah awal untuk menggali secara benar akhlak yang diajarkan oleh Nabi Muhammad. Dengan pekan Maulid Nabi ini, semoga usaha untuk melakukan kontemplasi atas diri Nabi Muhammad menjadi lebih maksimal dan bermanfaat untuk kemaslahatan ummat.

Sebagai penutup, ada sebuah pepatah mengatakan "Untuk mendaki puncak yang tinggi diperlukan langkah awal yang pasti, namun langkah awal yang berhenti adalah bentuk ketiadaan itu sendiri".

[sumber : http://id.wikipedia.org]

Tidak ada komentar: