Selasa, 08 April 2008

Hitam Putih Kita


Suatu hari, seorang teman datang padaku. Namanya D, sebetulnya tidak tepat kalau dikatakan teman, sebab teman adalah hubungan yang telah memakan waktu, adalah jalan bersama yang telah menempuh jauh banyak jarak. Tapi ini tidak, ia teman, tapi baru saja. Barangkali begitu.

Sore-sore menjelang aku pulang ia menghampiriku, di saat aku telah berkemas, merampungkan sisa hari yang semrawut.

"Hi..."katanya pendek. Tapi sapaan itu pasti untukku, sebab tak ada orang lain di sini selain aku. Jadi pasti sapaan itu untukku.

"Ya..." jawabku pendek pula, sebetulnya mau meneruskan, "ada yang bisa ku bantu..." tapi untaian kalimat terakir itu tidak keluar dari mulut, tercekat, tercegat.

Tubuhnya kecil, sedikit pendek, lebih pendek dari aku. Matanya cekung, dan dalam seperti sorot mata anak-anak Perang Palestina yang sering ditayang di tv. Ia memakai kaos oblong warna putih polos. Sebetulnya ia juga membawa sweater coklat lembut, tapi cara memakainya tidak biasa. Lengan baju kiri masuk ke tangan kanan, lengan kanan baju ke tangan sebelah kiri, kancingnya mengarah ke belakang dan tidak terpakai, aneh. Di lehernya melingkar seutas kalung dari kain yang biasa di pakai untuk tali gantungan telepon genggam, tapi kini yang menggantung itu adalah flash memori warna hitam, mungil dan asyik bergelayutan di lehernya yang juga kecil. Di belakangnya tersampir tas sandang yang talinya diatur mengulur berlebihan, ujung tas itu menggelayut hingga melebihi ujung pantatnya. Ia seperti gadis kecil dengan pakaian gombrong, dan segala perangkat yang menempel di badan berukuran berlebihan. Tapi ia tetap terlihat cantik.

"Saya ini kiri....." katanya memulai bercerita tanpa ku minta. Dan ceritanya begitu panjang, hingga aku harus menunggu jam pulang sampai menjelang malam.
****

Itu tadi adalah cerita fiktif yang aku karang-karang supaya tulisan ini cukup menarik. Pendahuluan yang tidak tertata secara biasa, bukan? Tapi memang itulah yang hendak aku bahas kali ini. Tentang hal-hal yang tidak biasa.

Oleh karena ego, manusia, kita ini terlalu sering memaksakan kehendak kepada orang lain. Ketika mereka tidak sepakat dengan kita, maka tanpa sadar kita akan berusaha untuk membuatnya sepakat dengan pendirian kita. Jika kita bicara, maka arah pembicaraan itu, secara tidak langsung ingin mengajak pendengarnya untuk mengiyakan ketika kita meminta persetujuannya.

Lumrahkah hal itu? Biasakah kejadian ketika kita berusaha mempengaruhi orang lain, yang selalu berbeda? Jawabannya : IYA.

Sayangnya, kesadaran dalam menghadapi perbedaan hanya sebatas itu saja-setidaknya untuk saat ini--bahwa perbedaan harus disamakan pada akhirnya. Artinya, sungguh sulit menemukan orang berpikir lumrahnya juga, ketika perbedaan semakin jauh, tanpa memberikan peran kepada perasaan untuk tersinggung ketika menyadari bahwa orang lain tidak sependapat bahkan bertolak belakang dengan ide atau opini kita.

Maka kemudian yang menjadi kenyataan adalah bahwa perbedaan lebih banyak mendatangkan masalah yang lebih besar. Ketersinggungan biasa, ketika menjangaku aras yang lebih luas akan melahirkan konflik yang rumit penyelesaianya.

Mari kita sederhanakan!

Perbedaan pada prinsipnya adalah takdir yang tidak tertolak, sebab bagi siapa saja yang meyakini adanya agama, maka perbedaan adalah titah Sang Kuasa. Bagi ummat Islam, perbedaan adalah semacam takdir yang tidak bisa tidak harus dihadapi.

Di dalam Al Quran, diakui adanya keniscayaan perbedaan, yakni antara lain dalam firmannya : "sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikanNya satu ummat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberianNya kepada kamu, maka berlomba-lombalah berbuat kabajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukanNya kepada kamu apa yang telah kami perselisihkan" (QS. Al Maidah[5]:48).

Menurut Prof. M. Quraysh Shihab, dalam buku Sunnah-Syiah Bergandengan Tangan, Mungkinkah? memaknai bahwa manusia sejak dulu hingga kini merupakan satu kesatuan (tidak bisa bediri sendiri), dengan kata lain, manusia adalah makhluk sosial, membutuhkan pertolongan orang lain demi mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan walaupun itu bersifat pribadi.

Perbedaan adalah keniscayaan, sedang persatuan adalah keharusan yang yang harus diwujudkan. Keragaman, perbedaan adalah hal yang tidak bisa dihindari walau pada saat yang sama manusia dituntut oleh kedudukannya sebagai makhluk sosial, menyatu dalam bentuk bantu membantu dan topang menopang.

Sederhana sekaligus rumit kan?

Harus dibedakan antara perbedaan dan perselisihan. Dalam buku yang sama, Prof. Quraysh Shihab menerangkan bahwa perbedaan harus dimengerti dan ditoleransi, sedangkan perselisihan harus diatasi.

Nah yang terjadi di lingkungan kita, pada awalnya adalah perbedaan, yang kemudian disikapi secara tidak tepat, sehingga menjadikannya sebagai penyulut perselisihan.

Agama, sebagai aturan tertinggi, telah menerangkan hal ini dengan cara yang sangat gamblang. Sayangnya, kegamblangan itu tidak mudah dipahami, ketika ia kemudian dicampuradukkan dengan perasaan yang tidak mudah diatur, ego pribadi yang menyulut emosi tak terkendali.

Selanjutnya bagaimana?

Apakah perbedaan akan memasuki arena sebagai perselisihan, atau menjadikannya sebagai kekayaan kebudayaan manusia dan memurnikan kodrat yang telah diberikan oleh Tuhan.

Perselisihan sering terjadi, karena pikiran yang sempit, emosi yang mempengaruhi, dan ego tak terkendali.

Untuk itu, muncul perselisihan di mulai dari pribadi-pribadi, begitu pun solusi yang seharusnya dipakai adalah solusi-solusi yang diawali dari pribadi-pribadi. Tingkatkan pengetahuan, menyadari bahwa perbedaan adalah hal biasa, dan redam emosi ketika menentukan keputusan, barangkali adalah tips sederhana dalam membungkam perselisihan. [jp]

Sabtu, 05 April 2008

Fitna di Blokir

Akhirnya setelah menuai kecaman dari seluruh penjuru dunia, situs-situs internet yang memajang dan memberikan fasilitas yang berhubungan dengan film kontroversial karya sineas Belanda, 'FITNA', diblokir. Beberapa provider penyedia layanan internet sudah melakukan pemblokiran itu. Pemblokiran ini juga karena desakan dari Menkominfo yang memberikan ultimatum untuk menutup situs-situs penyedia secara paksa. Berikut salah satu petikan berita dari detik.[jp]
-------------
Jakarta[deiknet]
 - PT Excelcomindo Pratama (XL) akhirnya tunduk kepada surat 'ultimatum' Menkominfo untuk memblokir akses situs dan blog yang memuat film Fitna. Tak tanggung-tanggung, empat situs langsung ditutup aksesnya.

YouTube, MySpace, MetaCafe dan Rapidshare adalah situs-situs yang diblokir XL. Akibatnya, pelanggan XL untuk sementara tidak akan bisa mengakses situs tersebut sampai ada pemberitahuan lebih lanjut.

Berikut adalah surat pengumuman pemblokiran yang dikeluarkan XL dalam situs resminya.

Pemblokiran Situs yang Memuat Film Fitna 

Atas permintaan Menteri Komunikasi dan Informasi No.84/M.KOMINFO/04/08 tanggal 2 April 2008, kami menutup akses situs dan blog yang memuat film Fitna.

Untuk itu pelanggan XL tidak akan bisa mengakses situs-situs sbb, sampai ada pemberitahuan selanjutnya:

* You tube
* My Space
* MetaCafe
* Rapidshare

Demikian pemberitahuan ini kami sampaikan, agar maklum adanya.

Terimakasih.

Manajemen XL
-------------

Kamis, 20 Maret 2008

Rindu Kami Padamu*

Di penghujung maret ini, angin yang begitu kasar menghempas-hempas daun jendela kaca. Suaranya menderu-deru seperti sekawanan tentara yang sedang berlari mengejar musuhnya atau sebaliknya, terbirit-birit karena kejaran lawan. Suaranya gegap gempita, bergemuruh dan mengepulkan debu. Hari kini telah senja, di ujung langit, setumpuk awan jingga bergerak lambat-lambat, bahkan terlihat diam saja, membentuk angan-angan yang kadang dimirip-miripkan dengan sesuatu benda, ada yang seperti kambing, ada yang seperti mobil, ada pula seperti seoarang perempuan dengan rambutnya yang panjang tergerai. Begitu sejuk batas hari ini, setelah pagi hingga siang tadi, tanah ini disirami dengan air hujan. Bandung Selatan sedang masa transisi, dari musim hujan menuju kemarau.

Kelebat angin juga mengibaskan pucuk-pucuk tanaman padi yang menghampar persis di hadapanku. Ruanganku memang mengarah ke Barat, sebuah ruangan di gedung berlantai tiga yang sering kami sebut Kandang Menjangan. Ruang ini ada di pojok kiri lantai tiga gedung.

Ini hari sabtu, dan seperti biasa, kalau di ujung-ujung minggu ini anak-anak sering malas datang ke Kandang Menjangan. Berbagai alasan mereka kemukakan, dan semuanya masuk di akal. 

"Masa seminggu penuh harus kerja terus, melototin huruf setiap menit kan bosan juga. Jadi harus refeshing Kang, dan waktu yang paling tepat adalah sabtu, malam minggu..." Anto, berpamitan kepadaku sore kemarin. Dan aku hanya bisa nyengir seraya mengijinkannya untuk berlalu. Teman-teman yang lain juga begitu, lebih memilih beristirahat ketimbang harus bosan di ruang sumpek, tempat selama ini kami bekerja dan berkumpul.

Kandang Menjangan adalah sekretariat kami, sebagai sebuah unit kegiatan mahasiswa bidang penerbitan internal kampus. Pekerjaan kami adalah membuat koran mingguan, yang terbit setiap hari kamis siang.

Setelah selesai membersihkan ruangan, dengan penerangan dari cahaya keeamasan, kombinasi kuningnya warna padi pak tani, dan semburat jingga petang itu,  aku mencoba merebahkan diri di lantai yang dilapisi karpet lusuh wana merah tua. Pandangan terbentur pada deretan-deretan buku di rak yang tersusun sembarangan. Ada Laskar Pelangi, karya Andrea Hirata, lengkap juga dengan dua buku lanjutannya, Sang Pemimpi dan Edensor. Trilogi buku yang bagus menurutku. Hingga saat ini, barangkali baru penulis yang rumahnya di Geger Kalong inilah yang bisa aku kagumi, seorang penulis yang jujur. Sebab setelah wafatnya Pak Pramoedya, aku tidak memiliki penulis idola. Banyak buku yang telah aku kumpulkan, tapi membacanya terasa tidak sedap, tidak ada semangat untuk menyelesaikannya. Barangkali memang benar, bahwa melahirkan sesuatu yang bernilai itu tidak mudah, begitu juga dengan melahirkan penulis yang berbakat dan baik.

Di sebelah ketiga buku itu, sengaja memang aku letakkan buku-buku karya Pramoedya Ananta Toer, ada Tetralogi Buru, yang untuk mendapatkan keempat buku ini aku harus melalang buana sampai ke Jogja, empat tahun yang lalu. Boleh dikatakan, buku-buku karya Pram adalah buku yang terlengkap di rak perpustakaan kecil kami ini.

"Tiiiit...titt...tittt..." tiba-tiba Nokia yang kubiarkan tergeletak di sampingku memecah konsentrasiku. Ada sms masuk, tapi "ah dari 818 ternyata...". Kepalang tanggung, memegang hp, tidakkah sebaiknya aku kirim sms kepada gadis yang tadi ketemu di kantin. Ia dengan sengaja memberikan nomor kepadaku tadi, bukankah sudah cukup untuk memberi semangat kalau ia ada rasa padaku. Ah, pikiran gila tiba-tiba selalu muncul pada saat ada maunya. Tapi baiklah akan aku coba untuk menegurnya lewat sms.

"Hi...lagi ngapain sore ini?" 0819321..., kuketik nomor yang tadi kutulis dengan cepat-cepat di telapak tangan, karena pas ketemu tadi aku tidak membawa hp. SMS dikirim.

Tiba-tiba, setelah sms terkirim, dan laporannya aku terima, aku disergap rasa gugup yang luar biasa. Ada apa ini? Barangkali aku membayangkan gerangan kata-kata apa yang akan ia balaskan segera? Atau barangkali orangnya hanya melirik sejenak kemudian mendiamkan sms serupa yang barangkali terlalu sering masuk ke inbox di hp gadis secantik dia. "Dasar laki-laki gak punya modal..." barangkali akan begitu pikirannya. Ah tapi tidak mungkin, bukankah tadi dia yang memberikan nomor hp terlebih dahulu, itu saja sudah cukup untuk menunjukkan bahwa dia mengharapkan aku menelponnya atau mungkin juga kirim sms. Aghhhh...pikiranku berkecamuk hanya karena membayangkan apa yang akan terjadi menit-menit ke depan ini.

"Tittt...titt...tittt..." tiba-tiba suara yang kutunggu-tunggu mengagetkanku. Dengan dada berdebar aku mengamati nomor pengirimnya, 0819321..."Wah cocok, pas dari dia...". Maka segera kutekan tombol 'BUKA'.

"Aku lagi selesai nyapu kamar, eh ini nomormu ya? Kamu sendiri lagi ngapain?" hatiku berbunga-bunga mendapati sms seindah itu. Kata-katanya biasanya, tapi ketika dibaca menjelma menjadi butir-butir keindahan yang tiada terkira. 

Akhirnya petang itu kuhabiskan dengan sms-smsan dengan dia. Dan pada akhir perbincangan aku memberanikan diri untuk mengatakan "Apa aku boleh main ke rumahmu besok minggu.."

"Boleh, terserah kamu mau jam berapa. Tapi telepon dulu..." balasnya.

"Cihuyyyy teriakku.." menyambut sms balasannya. Hatiku tambah merekah. Tapi serasa ada yang aneh. Ia mengatakan terserah aku mau datang kapan, tapi harus menelpon dulu. Kenapa harus menelepon, sudah sebegitu pentingkan menelpon sekarang, hingga untuk melakukan kunjungan harus melakukan semacam ritual memencet-mencet tombol itu.
-----

Minggu, pagi menjelang siang. Kini aku berada di BSM (Bandung Super Mall), lantai paling atas. Aku sedang menunggu loket pembelian karcis bioskop buka. Aku duduk mengarah ke ruang-ruang dengan pembatas kaca gelap itu, entah di dalamnya ada orang atau tidak. Rencananya sore ini aku akan main ke rumahnya, tapi sebelumnya aku akan nonton bioskop dulu. Sebab ada film bagus yang harus aku tonton. 

Film Rindu Kami Padamu, karya Sutradara Garin Nugroho. Kemarin aku melihat iklannya di tv, bahwa hari ini adalah tayang perdana di bioskop.

Ketika loket dibuka, aku berjalan sendiri ke arah loket, rupanya film yang akan aku tonton ini tidak banyak peminatnya, kalah oleh film-film holywood yang diputar pada jam yang sama. Aku mendapat giliran pertama dan mendapatkan urutan kursi paling depan, ternyata di belakangkau mengiring tiga orang anak-beranak. Suami istri dengan anaknya yang dalam taksiranku berumur 8 tahunan.

Sebentar lagi film dimulai, dan memang benar ternyata, peminatnya tidak bertambah. Hanya aku dan satu keluarga itu. Sesampai di dalam, suasana temaram dan gelap.

Film yang bagus, pikirku. Sebuah film tentang kesederhanaan makhluk-makhluk sosial yang berada di tengah pasar. Tapi mereka memiliki nilai religi juga, di tengah kesederhanaan itu nyata ada juga cahaya yang menakjubkan. Ada ketulusan, ada kejujuran, juga ada cinta antar sesama. Ada kerukunan yang tidak dibuat-buat. Sebuah film yang memotret kehidupan yang kadang tidak kita perhatikan, lingkup-lingup sederhana yang luput dari kejaran pandangan.

Sangat kontras barangkali dengan film-film ala amerika yang kadang jauh dari realita, terlalu mengada-ngada hingga menyebabkan penontonya terbuai mimpi dan tidak realistis, tidak menjejak ke bumi. Kontras dengan tayangan-tayangan di tv yang selama ini mulai mengkhawatirkan.  

Aku merasa beruntung menonton film ini. 

Dengan kehangatan yang menjalar di dada akibat rasa puas, aku meninggalkan ruang bioskon yang sebentar lagi akan tutup. Tulisan berjalan yang ada di layar masih sempat aku perhatikan, nama-nama pemain, dan ada satu kalimat yang menarik "UNTUK IBUKU, UNTUK SEMUA IBU...", barangkali itulah tujuan dari Garin membuat film itu.
-----

Tanganku merogoh saku tempat hp biasa kusimpan. Sejak keluar mall tadi sudah ada sedikit kekhawatiran, dan ternyata memang benar, hpku ternyata lupa aku hidupkan.

"Celaka, jangan-jangan tadi dia menghubungi aku..." pikirku panik, mengumpati kebiasaan teledorku.

Tombol power kuhidupkan. Dan setelah hp standby, memang ada pesan masuk. Ah, dari 0819321...

"Maaf, tadi aku mencoba menghubungimu, tapi tidak bisa. Kita tidak bisa ketemu...". Lemas dan buyar sudah harapanku. [jp]

---
ket: judul cerpen ini adalah sama dengan judul film dan buku Rindu Kami Padamu, karya Garin Nugroho

Rabu, 19 Maret 2008

Maulid Nabi, Antara Mencari Identitas Muslim dan Ritual Tanpa Arti


Maulid Nabi Muhammad SAW yang terkadang disebut Maulid Nabi atau Maulud saja (bahasa Arab: مولد، مولد النبي‎), adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW. Peringatan ini dirayakan pada setiap tanggal 12 Rabbiulawal tahun Hijiriyah. Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Secara subtansi, peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Rasulullah Muhammad SAW. Untuk melihat sejarah lengkap maulid nabi dapat dilihat di link wiki ini.

Di kalangan ummat Islam, peringatan Maulid Nabi ini masih memliki perbedaan pendapat, sebagian kalangan menganggap peringatan ini sebagai sesuatu yang bersifat Bid'ah. Sedangkan golongan lain berpendapat bahwa peringatan maulid nabi merupakan inovasi yang baik dan tidak bertentangan dengan syariah.

Terlepas dari kedua pertentangan itu, pelaksanaan maulid Nabi dapat memberikan manfaat kehidupan beragama kaum muslimin secara filosofis, yakni bahwa peringatan maulid Nabi dapat menumbuhkan rasa cinta kepada Rasulullah yang kemudian ditunjukkan dengan mengikuti segala sunahnya dan menumbuhkan kesadaran akan beragama menuju kesempurnaan takwa. 

Secara sosiologis, maka peringatan maulid Nabi menjadi tuntutan religius yang penting, dengan asumsi bahwa kehidupan manusia di abad ini, dengan kecenderungan bergaya hidup konsumeristikhidonistik, dan materialistik, yang punya andil cukup besar terhadap penurunan tingkat kesadaran seseorang. Sehingga maulid nabi adalah salah satu wadah bagi kaum muslim untuk melakukan reka ulang terhadap budaya yang selama ini telah dianutnya.

Kondisi Muslim Saat Ini

Untuk menggambarkan keadaan umat islam akhir-akhir ini, barangkali dapat diawali dengan uraian sebuah hadist yakni :
--------------
“Pada mulanya Islam itu asing dan akan kembali asing dan akan kembali asing, maka berbahagianlah bagi orang-orang asing, yakni mereka yang telah menghidupkan sunah Nabi, setelah dirusak orang. Orang yang berpegang teguh dengan sunahku ketika terjadi wabah dekadensi moral, pahalanya sama dengan pahala seratus orang yang mati syahid.” (HR. Ibnu Abbas)
----------------

Islam pada jamanya pernah menjadi umat yang paling mengagumkan, segala macam sendi hidup dikuasai dengan maksimal oleh kalangan umat islam, namun hal secara perlahan mulai terkikis dan menjadi umat islam sebagai bagian yang kurang diperhitungkan, oleh karena keterpurukan yang terjadi internal islam itu sendiri. Maka kemudian muncul pemikiran-pemikiran untuk melakukan loncatan bersejarah dari keadaan terpuruk menjadi ummat yang kuat. Hal ini terlihat dengan lahirnya pemikir-pemikir islam yang jenius dan modernis.

Lemahnya kondisi ummat islam saat ini diyakini karena ketiadaan suri tauladan yang dipahami secara mendalam oleh ummat islam itu sendiri. Islam memiliki begitu banyak figur yang bisa menjadi contoh, islam begitu banyak memiliki keahlian dan keunggulan di banding ummat lain, tapi kadang figur dan kelebihan itu hanya dijadikan sebagai bumbu untuk memberikan kesenangan belakan. Maka tidak jarang kemudian muncul ungkapan "dulu kami pernah, dulu kami adalah yang paling, dan seterusnya..." tapi esensi dari kelebihan itu tidak dipahami secara purna oleh kita sebagai ummat islam.

Alhasil, maka kemudian lahirlah ummat yang mengagungkan masa lalu, dan lupa bahwa ia sendiri sudah tidak sama dengan masa keeamasan itu dan terlena oleh buai keberhasilan sehingga ia lupa untuk membekali diri sendiri.

Oleh karena itu, upaya untuk melihat secara lebih gamblang, figur panutan yang dalam hal ini adalah Nabi Muhammad SAW harus dihadapi sebagai bagian dari usaha memperbaiki kondisi ummat. Maulid Nabi adalah contoh ternyata untuk itu.

Pekan Maulid Nabi

Pekan Maulid Nabi yang diadakan tahun ini oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Agama Islam, haruslah bercermin pada semangat untuk memperbaiki kondisi ummat itu. Untuk mengetahui hal itu maka dapat diuji dengan memberikan pertanyaan, "Apakah Pekan Maulid Nabi kali ini adalah ritual biasa atau dengan tujuan yang lebih real yakni mengaktualkan figur Nabi Muhammad agar dapat dijadikan suri tauladan yang pertama dan utama".

Pada umumnya,umat muslim di Indonesia menyambut Maulid Nabi dengan mengadakan perayaan-perayaan keagamaan seperti pembacaan shalawat nabi, pembacaan syair Barzanji dan pengajian. Nah, apakah Pekan Maulid Nabi yang diadakan sekarang ini mengikuti cara yang serupa atau memberikan nilai lebih sehingga terhindar dari sifat ritus belaka. Artinya, pekan Maulid Nabi hanyalah bagian terintegrasi sebuah usaha besar memperbaiki akhlah ummat dan membumikan akhlak Rasulullah agar dapat dicontoh.

Jika kemudian, usaha untuk menjadikan figur nabi Muhammad sebagai suri tauladan hanya berhenti pada batasan waktu--yang dalam hal ini adalah satu pekan saja--maka peringatan kali adalah tidak lebih dari sekedar ritual mengisi waktu luang saja. Namun jika kemudian Pekan Maulid Nabi adalah bagian, atau tonggak awal untuk mengenal Rasulluah secara hakiki, maka ini adalah langkah awal yang baik dalam memperbaiki akhlah ummat.

Kita, kaum muda muslim sudah begitu melenceng jauh dari tutur akhlak yang pernah diperagakan oleh Rasulullah. Kaum muda begitu terjebak pada pencarian diri yang tidak pernah selesai, sehingga mengkultuskan figur yang salah. Sosok seorang aktor yang lebih sering munncul di layar kaca kadang lebih akrab dan digandrungi oleh kaum muda muslim jaman ini. Bukankah ini merupakan sesuatu yang salah? Mengkultuskan atau memfigurkan sosok yang secara nyata berprilaku tidak islami. Dan bukankah merupakan hal yang memalukan ketika kita sebagai ummat nabi Muhammad cenderung lebih mengenal sosok yang tidak pas dengan ajaran islam dibanding suri tauladan utama?

Barangkali mungkin memang benar, untuk menyentuh kaum muda, maka gaya penyampaian juga harus sesuai dengan jiwa anak muda, namun tetap esensi dari ajaran nabi Muhammad menjadi prioritas utama. Boleh-boleh saja, dalam penyampaian digunakan bahasa yang 'junkis', namun inti dari ajaran syariah tetap tidak akan dinomorduakan.

Kesimpulan

Jika melihat kondisi ummat secara umum, maka kita perlu khawatir, bahwa ternyata kita sudah terlalu jauh meninggalkan sosok yang patut dan seharusnya menjadi idola. Tertutup oleh gemerlap media yang kadang memberikan kesesatan baik sengata maupun tidak, dan kita secara sadar atau tidak secara perlahan menginjak-injak ajaran kemuliaan yang diberikan oleh Junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW.

Untuk itu, Pekan Maulid Nabi adalah sebuah harapan besar, untuk menggeser pemahaman kita tentang kesadaran ummat yang meluntur akibat arus perubahan. Pekan Maulid Nabi dapat dijadikan langkah awal untuk menggali secara benar akhlak yang diajarkan oleh Nabi Muhammad. Dengan pekan Maulid Nabi ini, semoga usaha untuk melakukan kontemplasi atas diri Nabi Muhammad menjadi lebih maksimal dan bermanfaat untuk kemaslahatan ummat.

Sebagai penutup, ada sebuah pepatah mengatakan "Untuk mendaki puncak yang tinggi diperlukan langkah awal yang pasti, namun langkah awal yang berhenti adalah bentuk ketiadaan itu sendiri".

[sumber : http://id.wikipedia.org]

Selasa, 18 Maret 2008

Selamat Datang di Dunia Sang Murid

Selamat Datang! Inilah ucapan pertama dari yang murid. Selamat datang di dunia terdidik, dunia penuh kerendahan dan perasaan was-was akan ketiadaan. Ketiadaan akan ilmu yang baik, ilmu yang bermanfaat, ketiadaan akan semua hal yang diperlukan banyak orang.

Blog sederhana ini adalah sebuah dedikasi. Ah mungkin kata itu terlalu tinggi, dedikasi tidaklah pas, barangkali sebuah pencarian. Pencarian yang dilakukan oleh sang murid yang mencoba belajar dari sejarah yang telah begitu jauh meninggalkannya. Dari kedekatan dengan lelaki penuh hikmah, yang begitu jauh telah membiarkannya terlahir di dunia yang tidak dikenalinya.

Sekali lagi selamat datang. Selamat menelusuri apa yang ada di blog ini. Aku mencari, maka aku berbagi. Wassalamualaikum!